Selasa, 08 Mei 2012

retensio plasenta

Kegawatdaruratan Retensio Plasenta dan Sistem Rujukannya"

            Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
            Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
            Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
            Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b).Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan  tindakan manual plasenta.
1.     Pengertian Retensio Plasenta
            Retensio placenta adalah terlambatnya kelahiran placenta selama ½ jam setelan kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio placenta berulang. Placenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan., infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta, dan terjadi degenerasi ganas korikarsinoma

2.     Sebab – sebab terjadinya  Retensio Plasenta
Retensio Plasenta terjadi karena :
Ø  HIS kurang kuat
Ø  Placenta sukar lepas karena :
                        Tempatnya : insersi disusut tuba.
                        Bentuknya  : Placenta membranacea, placenta anularis.
                        Ukurannya : Placenta yang sangat kecil
Ø  Perlengketan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua terganggu.

            Bila placenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian placenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Placenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemi atau rectum penuh, karena itu yang kedua nya harus dikosongkan.

3.     Jenis Retensio Plasenta
Jenis – jenis Retensio Plasenta adalah sebagai berikut :
v  Plasenta Adhesiva yaitu implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme perpisahan fisiologis
v  Plasenta Akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium
v  Plasenta Inkreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miometrium
v  Plasenta Perkreta yaitu implantasi jonjot korion yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus
v  Plasenta Inkarserata yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri

4.     Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

Gejala
Akreta parsial
inkarserata
Akreta
Konsistensi uterus
Kenyal
Keras
Cukup
Tinggi fundus
Sepusat
2 jari bawah pusat
Sepusat
Bentuk uterus
Discoid
Agak globuler
Discoid
Perdarahan
Sedang – banyak
Sedang
Sedikit / tidak ada
Tali pusat
Terjulur sebagian
Terjulur
Tidak terjulur
Ostium uteri
Terbuka
Konstriksi
Terbuka
Pelepasan plasenta
Lepas sebagian
Sudah lepas
Melekat seluruhnya
Syok
Sering
Jarang
Jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali pusat

5.     Predisposisi Retensio Plasenta
ü  Grandemultipara
ü  Kehamilan ganda
ü  Kasus Infertilitas
ü  Plasenta previa
ü  Bekas operasi pada uterus


6.     Penatalaksanaannya


Sikap seorang bidan dalam menghadapi retensio placenta sebagai berikut  :
a.       Sikap umum Bidan
→ Memperhatikan keadaan umum penderita
            - Apakah anemis
            - Bagaimana jumlah perdarahannya
            - Keadaan umum panderita : TD, nadi. Suhu
            - Keadaan FU : kontraksi dan TFU
→ Mengetahui keadaan placenta
            -  Apakah placenta inkarserata
            -  Melakukan tes placenta lepas : Metode kusnert, metode klien, metode                                   strassman, metode manuaba.

b.       Sikap khusus Bidan
o Retensio placenta dengan perdarahan
→ langsung melakukan manual placenta
o Retensio placenta dengan tanpa perdarahan
→ Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segara memasang infuse dan memberikan cairan.
→ Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas yang cukup , untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
→ Memberikan transfuse
→ Proteksi dengan antibiotika

c.       Upaya Preventif Retensio Placenta oleh Bidan
→  Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio placenta
→  Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
→ Pada waktu pertolongan persalinan pada kala II tidak diperkenankan untuk melakukan masasse dengan tujuan mempercapat proses persalinan placenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi oto rahim dan mengganggu pelepasan placenta.



RETENSIO PLACENTA DAN PLACENTA MANUAL

            Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio placenta yang dilakukan secra manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Tekhnik operasi placenta manual tidaklah sukar, tetapi harus difilirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat memyelamatkan jiwa penderita.

KOMPLIKASI TINDAKAN PLACENTA MANUAL
Tindakan placenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
            a. Terjadi perforasi uterus
            b. Terjadi infeksi : terdapat sisa placenta atau membrane dan bacteria terdorong                                    kedalam rahim
ü
            c. Terjadi perdarahan karena atonia uteri
ü

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
            a. Memberikan uterotonika IV atau IM
            b.  Memasang tamponade uterovaginal
            c. Memberikan antibiotika
            d.  Memasang infuse dan persiapan transfuse darah

Penanganan : 
a)      Pemasangan cairan infuse
            → Tujuannya untuk menambah cairan / tenaga ibu
b)       Menjelaskan kepada ibu tentang prosedur dan tujuan tindakan
c)       Siapkan alat
d)       Cuci tangan
e)       Mengosongkan kandung kemih
            → Jika ibu tidak mampu berkemih sendiri, lakukan pemasangan kateter
f)        Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 Cm dari vulva, tegangkan dengan 1  tangan sejajar dengan lantai
g)       Masukkan tangan ke dalam kavum uteri secar obstetric dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
h)       Satelah mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
i)         Sambil menahan fundus, masukkan tangan hingga ke kavum uteri sampai mencapai tempat implantasi placenta
j)         Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member salam
k)       Tentukan implantasi placenta, temukan tepi placenta paling bawah
            → Bila placenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah
            → Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
l)         Setelah ujung jari masuk diantara placenta dan dinding uterus maka perluas
                        →  Pelepasan placenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan             kiri sambil digeserkan keatas hingga semua pelekatan placenta terlepas dari        dinding uterus.
m)    Sementara 1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakuakn eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa placenta yang tertinggal
n)       Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symfisis kemudian minta asisten untk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa placenta keluar
o)       Lakukan penekanan uterus, kea rah dorso cranial setelah placenta di lahirkan dan tempatkan placenta di dalam wadah yang disediakan
p)       Periksa kembali tanda vital ibu
q)       Beri tahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
r)       Lakukan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
s)        Segera setelah placenta lahir, lakukan masase fundus uteri
t)         Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan KBI, KBE, KBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar