A.
DEFINISI
Implant
adalah Alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon)
yang di isi dengan hormon dan ujung-ujungnya kapsul yang di tutup dengan
silastic adhesive.(Keluarga Berencana Hanafi.2004:179), sedangkan IUD adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling populerdigunakan
di seluruh dunia, jenis yang paling umum adalah Tembaga IUD.
B.
MEKANISME KERJA
1. Mekanisme
IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum
diketahui. Ada beberapamekanisme kerja IUD
yang telah dianjurkan :
Ø Timbulnya
reaksi radang lokal yang non-spesfik didalam cavum uteri sehingga implantasi
sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu, dengan munculnya
leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel
plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst.
Ø Produksi
lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
Ø Gangguan
atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
Ø Pergerakan
ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
Ø Immobilisasi
spermatozoa saat melewati cavum uteri.
Ø Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
Ø Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
Ø AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
Ø Memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Ø Dari
penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilisasi). Ini terbukti dari penelitian di
Chili, diambil ovum dari 14 wanita pemakai IUD dan 20 wanita tanpa menggunakan
kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan sanggama sekitar waktu ovulasi.
Ternyata ova dari wanita akseptor IUDtidak ada yang menunjukkan tanda-tanda
fertilisasi maupun perkembangan embrionik normal, sedangkan setengah dari
jumlah ovum wanita yang tidak memakai kontrasepsi menunjukkan tanda-tanda fertilisasi
dan perkembangan embrionik yang normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD
antara lain bekerja dengan cara mencegah terjadinya fertilisasi.
2. Mekanisme
kerja Implan
Ø Lendir serviks menjadi kental
Ø Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Ø Mengurangi transportasi sperma
Ø Menekan ovulas
C. Efektifitas
ü Implan
Angka
kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama,
Efektivitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6
kira – kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil, dan Norplant – 2 sama efektivitasnya
seperti norplant, untuk waktu 3 tahun pertama.
PENAPISAN
Ø Tanyakan
apakah klien telah mendapatkan konseling tentang prosedur pemasangan implant
Ø Tanyakan
tentang adanya reaksi alergi terhadap obat (anastesi local atau jenis
antiseptic tertentu)
Ø Singkirkan
kemungkinan adanya kehamilan
Ø Periksa
kondisi kesehatan klien yang dapat menimbulkan masalah.
Ø Melakukan
pemeriksaan fisik lanjutan bila ada indikasi dan meneliti kembali rekam medic
ü IUD
Efektivitas
dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuationrate) yaitu berapa
lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa :
a.Ekspulsi
spontan.
b.Terjadinya
kehamilan.
c.Pengangkatan
atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
D. Ekspulsi pada alat kontrasepsi IUD
dan Implan
Ekspulsi
yaitu Pengeluaran sendiri alat kontrasepsi tersebut dari tempat
insersinya. Yang disebabkan karena :
1.
Ekspulsi IUD
Sering dijumpai pada masa 3 bulan
pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi akan berkurang.
Ø Umur
dan paritas
·
Umur : Makin tua usia, makin rendah angka
kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran IUD.
·
Paritas : Makin muda usia, terutama pada
nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran IUD.
Ø Lama
pemakaian
Tergantung dari efektifitas jangka pemakaian IUD tersebut, jika pemakaian
IUD sudah melewati batas dari jangka pemakaian IUD 10 tahun kemungkinan besar
terjadinya ekspulsi.
Ø Ekspulsi
sebelumnya
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami ekspulsi pada alat
kontrasepsinya, atau disebabkan karena insersi yang tidak baik dari IUD.
Ø Jenis dan ukuran
Ukuran, Bentuk dan jenis dari IUD yang mengandung Cu atau Progesterone
sangat menentukan terjadinya ekspulsi. Karena makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah
ekspulsinya, dan sebaliknya.
Ø Faktor
psikis
Yaitu dimana seorang aseptor mengalami gangguan psikologis seperti
stress.
Ø
Waktu atau saat insersi
a.
Insersi interval
·
Kebijakan lama : insersi IUD dilakukan selama
atau segera sesudah haid, alasannya ostium uteri terbuka, canalis servikalis
lunak, wanita pasti tidak hamil. Tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan
karena infeksi dan ekspulsi lebih tinggi jika insersi dilakukan saat haid.
b.
Insersi post partum
·
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari
postpartum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang
sangat tinggi. Menurut penelitian disingapura saat yang terbaik adalah 8 minggu
post partum karena bahaya perforasi yang rendah.
c.
Insersi post abortus
·
Abortus semester I : ekspulsi, infeksi,
perforasi, dan lain-lainnya sama dengan pada insersi interval
·
Abortus semester II : ekspulsi 5 – 10 x lebih
besar dari pada setelah abortus trimester I
Dari
uraian di atas, maka efektifitas penggunaan dari IUD tergantung pada variabel
administratif, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman
pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan
pertolongan medis.
2. Ekspulsi
Implan
Susuk
tidak akan berpindah pindah dari tempat insersinya, dan akan tetap berada di
lokasinya sampai saatnya diangkat dan prosedur
pemasangan selalu disertai pemberian anastesi lokal sehingga tidak akan timbul
rasa sakit yang hebat.
E. Penatalaksanaan oleh Bidan
Ø Pada kasus ekspulsi IUD
·
Memperhatikan
keadaan umum klien
·
Melakukan
pemeriksaan keadaan fisik klien ( head to toe ) dan inspekulo pada tempat
insersi IUD
·
Periksa
apakah ada tanda – tanda infeksi pada Alat genitalia
·
Apakah
ada perdarahan karena ekspulsi tersebut
·
Periksa
apakah ada benang atau alat kontrasepsi AKDR yang tertinggal di dalam rahim
·
Periksa
apakah terjadi perforasi pada klien untuk penanganan yang lebih lanjut ( apakah
memerlukan rujukan )
·
Menjelaskan
kejadian tersebut pada klien dan jika membutuhkan penanganan lebih lanjut (
rujukan ) siapkan informet consent dan informet choois pada klien.
Ø Pada kasus ekspulsi Implan
·
Perhatikan
keadaan klien
·
Jelaskan
kepada klien apa yang terjadi dan prosedur apa yang akan di lakukan klien
·
Cabut
kapsul ekspulsi
·
Periksa
apakah kapsul yang lain masih di tempat
·
Periksa
apakah ada tanda – tanda infeksi
-
Bila
tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada di tempatnya, pasang kapsul baru
1 buah pada tempat insersi yang berbeda
-
Bila
ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul yang baru pada
lengan yang lain
·
Anjurkan
klien menggunakan metoda kontrasepsi lain, atau berikan konseling pada klien
mengenai alat kontrasepsi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar